Kamis, 20 Desember 2007

Penipuan Berkedok Telkomsel

Surat Pembaca

KAMIS (13-12-2007), anak saya mendapat telepon dari seseorang yang mengaku Drs. Ira Irawan dengan nomor ponsel 085299551177. Orang tersebut mengaku pejabat Telkomsel Pusat. Dia memberitahukan kami mendapat hadiah mobil di ultah Telkomsel.

Anak saya senang sekali, lalu saya balik telpon ke ponsel orang tersebut dan mendengarkan dia berceloteh panjang lebar membawa-bawa nama pejabat, nama menteri, instansi, dll.

Terhipnosis kata-katanya yang sangat santun, didahului dengan salam dan banyak menyebut asma Allah, dengan sangat bodohnya saya meluluskan permintaannya untuk mengirimkan voucher isi ulang kartu AS senilai Rp250 ribu. Katanya, sebagai persyaratan untuk mendapatkan hadiah pulsa senilai Rp1 juta.

Setelah itu oknum tersebut menghubungi kami lagi dan mengatakan hadiah sedang diproses dan sedang dalam perjalanan ke Bandara Cengkareng. Sekitar pukul 16.00 dia meminta lagi kiriman voucher senilai Rp650 ribu yang katanya untuk penerbangan dari Jakarta ke Lampung.

Meski sudah curiga, entah kenapa kebodohan saya justru bertambah dengan menuruti saja permintaanya. Sekitar pukul 19.30, dia memberi tahu kami bahwa posisinya sudah di Bandara Radin Inten II dan siap meluncur ke kediaman kami. Katanya sih mobil itu dibawa dengan pesawat Hercules milik TNI dan dikawal 2 anggota TNI, 2 orang dari Telkomsel, dan ada wartawan RCTI. Akan tetapi, dia meminta kiriman dana lagi senilai Rp450 ribu yang katanya sebagai administrasi bandara.

Karena curiga, kami mengulur-ulur waktu. Saat itu, anak saya menelepon temannya yang ayahnya menjadi pejabat di Bandara Radin Inten II, yaitu Bapak Achmad Pratama. Benar saja, Ahmad Pratama mengatakan tidak ada apa-apa, bahkan bandara sudah tutup.

Akhirnya kami membongkar kedoknya dan kami menggertak dengan kesal. Hubungan telepon pun langsung diputus.

Kepada pembaca, kisah saya ini sebagai pelajaran agar tidak mengalami kejadian serupa. Dalam tempo enam jam, uang kami senilai Rp1 juta lebih amblas.

Kepada sang penipu, siapa pun Anda, saya ucapkan selamat atas keberhasilan Anda. Anda telah membuat orang miskin. Untuk Anda ketahui, saya hanya seorang tukang sayur keliling dan suami saya buruh bangunan.

Ketahuilah wahai penipu, tadinya uang itu akan digunakan biaya kuliah anak sulung saya yang tidak lama lagi akan memasuki semester VI.

Saya doakan semoga Allah mengampuni dosa-dosa Anda. Carilah rezeki yang halal yang diridai allah yang akan membuat hidup kita tenteram dan bahagia.

Teruntuk Wahyu, sulungku, tetap semangat dan tabah, ya Nak. Untuk Wulan dan Putri, putriku, segalanya sudah telanjur, Nak. Ambil hikmahnya. Untuk Alghiffary, bungsuku, maafkan ibu, Nak. Sejak awal kamu sudah mengingatkan "Bu, awas penipuan". Tapi kamu baru berumur 8 tahun.

Kepada suamiku tercinta, maafkan kebodohan ini. Kepada Agung dan Ayahnya, Bapak Achmad Pratama, maafkan kami. Kapada Lampung Post, terima kasih telah memuat tulisan ini.

Endang Fatmawati

Natar, Lampung Selatan

0 komentar: